DIRGAHAYU TABLOID BHINEKA KE 3......Alamat Redaksi Jl.Cempaka 3 No.15 BF/10 Rt.004/014 Perum Bekasi Jaya Indah kelurahan Duren Jaya Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi..Telphone : 021-99441610,081519681610,082114091610
Personil Mahapatih Gajah Mada Band - Generasi Peduli Sejarah Budaya Nusantara Syuting Video Klip dikawah Sikidang Ginung Dieng Riset * Pembuatan Video Klip Di Prasasti Petilasan Sri Aji Jayabaya Syuting Video Klip Di Prasasti Gajah Mada




Sabtu, 06 September 2014

Kampung Adat Kuta Ciamis

Gerbang Kampung Kuta Adat.
By Admin : Iwan Setia L Niman
KAMPUNG Adat Kuta merupakan sebuah komunitas adat berupa foklor atau Cerita rakyat yang perlu di lestarikan, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebagai aset wisata budaya lokal daerah di Kab. Ciamis dan Jawa Barat, Karena Kampung adat kuta pada tahun 2002 mendapatkan Kalpataru oleh Pres¬iden RI Megawati Soekarno putri sebagai kategori penyelamat lingkungan dan adat istiadat di Indonesia Secara administratif masyarakatnya masih melaksanakan tata cara ke¬biasaaan adat istiadat kebiasaan ne¬nek moyang secara turun temurun, mereka hidup dari hasil hutan, berkebun, bersawah dan berladang. Sebagai kelompok sosial, mereka juga memandang lahan, tidak saja sebagai lahan produksi, tetapi juga sebagai suatu yang suci yang disepati secara bersa¬ma-sama dengan adanya hukum adat yang berlaku secara turun temurun, dengan adat istiadat yang masih dijaga oleh masyarakat Kampung adat Kuta. 
Adat-istiadat merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat ketika melaksanakan upacara adat, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah raga dan seb¬againya. 
Rumah Adat Kampung Adat Kuta Ciamis.
Terwujudnya adat istiadat ini diibarat¬kan menanam tumbuhan yang tidak terlalu kuat pohonnya seperti kacang panjang dan lada, kacang panjang atau lada menjadi kuat batangnya hanya jika tanah di seki¬tarnya selalu (digemburkan) sehingga kandungan oksigen dalam tanah lebih banyak dan akarnya mudah menembus ta¬nah. Pohon dapat berdiri tegak dan makin tinggi jika diberi kayu anjungan. Pada saat orang lupa mengambak dan mengajung, maka tumbuhan menjadi kerdil atau mati, demikian pula pelaksanaan adat-istiadat ini di tengah-tengah masyarakat. 
Sehingga apabila dibiarkan berlarut-larut ada kemungkinan akan memudar bah¬kan lenyap atau hilang karena kemajuan jaman. Keberadaan Kampung adat Kuta dan masyarakat pendukungnya diproyeksi¬kan dalam suatu bentuk adat istiadat, hu¬ kum adat, ritual adat dan, rumah adat yang masih dipegang teguh secara turun temu¬run sampai sekarang. Kampung adat Kuta masih mempertahankan nilai-nilai adat is¬tiadat melalui hukum adat yang berlaku di daerahnya. Misalnya untuk masuk ke hutan keramat hanya hari senin dan jumat, tidak boleh meludah, mengambil barang-barang yang ada di hutan keramat, tidak boleh me¬makai perhiasan, tidak boleh mengunakan pakaian serba hitam, larangan menggu¬nakan alas kaki, larangan memakai pakaian dinas. Bahkan kekhasan kampung adat kuta yang berbeda dengan kampung adat lain yaitu di kampung adat Kuta menguburkan orang yang meninggal dunia ke kampung lain, tidak boleh atau larangan membuat sumur, sampai sekarang hukum adat terse¬but masih berlaku. 
Pada umumnya, cerita asal usul kam¬pung kuta terbagi dua bentuk paparan, yai¬tu kampung kuta pada masa kerajaan galuh dan masa kerajaan Cirebon, namun ked¬uanya ternyata memiliki kesamaan. Dalam beberapa dongeng buhun mereka men¬ganggap dan mengakui sebagai keturunan ratu galuh, dan keberadaannya di kampung kuta sebagai penunggu atau penjaga kekay¬aan ratu galuh. Tersebutlah seorang raja bernama Prabu Sukaresi ( Prabu Adimulya Permana Dikusuma th.742-752 Masehi ) mengembara bersama beberapa pengawal terpilih yang berpengalaman. 
Hasil Kerajinan tangan Kampung Kuta Adat.
Pengembaraan dilakukan untuk mencari daerah yang cocok dijadikan pusat pemer¬intahan kerajaan, saat untuk pusat kerajaan. Prabu Ajar Sukaresi segera memerintahkan pengawalnya untuk membangun peristira¬hatan, dia sendiri akan meneliti dan menin¬jau secara sesama daerah sebrang cijolang tersebut. 
Setelah penelitian, Prabu Ajar Sukaresi mengajak pasukannya untuk memulai per¬siapan membuka daerah yang akan dija¬dikan pusat kerajaan. Bekas tempat peristi¬rahatan sementara di tepi sungai cijolang tadi, sekarang di sebut dodokan artinya bekas tempat peristirahatan raja. 
Pada suatu hari, Prabu Ajar Sukaresi berkeliling daerah ternyata daerah terse¬but dikelilingi tebing tinggi, melihat kon¬disi ini, Prabu Ajar Sukaresi, Beranggapan bahwa daerah ini, tidak dapat berkembang dang di perluas karena dibatasi tebing. Dengan terpaksa, persiapan yang telah dilaksanakan untuk mem¬bangun pusat pemerintah¬an di tinggalkan. Karena letaknya berada di sebuah lembah yang di kelilingi tebing, maka daerah ini di sebut Kampung Kuta. 
Untuk selanjutnya, karena dilatar belakangi oleh beberapa alasan, maka Raja Galuh tidak jadi membangunya di kampung kuta, melainkan di Desa Karangkamulyan sekarang kecamatan Cijengjing, untuk memelihara Kam Kam¬pung Kuta, Raja Galuh Mempercayai Raja Cirebon,dan Rja Solo X untuk mengutus orang kepercayaannya, yaitu Raksa Bumi dari Cirebon dan Bata Sela dari Solo. Dian¬tara dua orang yang ditugaskan, yang pal¬ing cepat dating ke Kampung Kuta Yaitu traksabumi. Kemudian traksa bumi mene¬tap di Kampung Kuta dengan Memelihara keutuhan daerah Kampung Kuta dengan sambutan Ki Bumi yang di beri gelar Kun¬cen ( Juru Kunci).Ki Bumi menjaga be¬berapa peralatan/perbekalan yang belum sempat dibawa kota Raja Baru ( Karangka-mulyan).Untuk selanjutnya Ki Bumi terse¬but merupakan leluhur yang menurunkan kuncen Kampung Kuta sampai sekarang. 
Setia LN./B. Al Noor H.